Pelatihan Canva untuk Guru SD Al Islam 2 Jamsaren

Oleh Universitas Duta Bangsa Surakarta

Pelepasan Siswa-Siswi Kelas 6

Tahun Ajaran 2023-2024

Haflah Tahfidzul Qur'an Ke-24

Wisuda Tahfidz Tahun Ajaran 2023-2024

Silaturahmi dan Ta'aruf

Wali Siswa Baru SD Al-Islam 2 Jamsaren Surakarta

MPLS Tahun Ajaran 2024-2025

Jurnal Kegiatan MPLS di SD Al-Islam 2 Jamsaren Surakarta

Selamat Datang di Website Resmi SD Al-Islam 2 Jamsaren Surakarta

08/11/2021

Memudarnya Penggunaan Bahasa Jawa di Kalangan Anak-anak dan Remaja dalam Pergaulan Sehari-hari

Memudarnya Penggunaan
Bahasa Jawa di Kalangan Anak-anak dan Remaja dalam Pergaulan Sehari-hari
Ita Frentin Andista, S.Pd.
Itafrentin82@gmail.com

Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untu saling berkomunikasi atau berhubungan, baik melalui tulisan, lisan atau kemauan kepada lawan bicaranya (orang lain). Seiring dengan perkembangan berbagai media yang terkait juga dengan perkembangan teknologi, banyak hal yang mempengaruhi bahasa daerah, sehingga bahasa daerah pergeseran penggunaan, khususnya bahasa jawa. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata karma masyarakat, dan sekaligus untuk membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Di Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Terdapat berbagai macam suku, budaya, bangsa, ras, maupun agama. Dari hal ini pastilah Indonesia juga memiliki beragam bahasa. Terdapat sekitar 724 bahasa daerah yang tersebar di seluruh pelosok negeri ini. Setiap daerah pasti mempunyai keunikan tersendiri terkait bahasa mereka. Misalnya saja dalam bahasa Jawa, terdapat berbagai macam tingkatan kebahasaan misalnya kromo dan ngoko. Bahasa kromo digunakan untuk berbicara kepada orang yang lebih tua sedangakan bahasa ngoko digunakan untuk berbicara dengan orang yang seumuran atau dibawahnya. Inilah sebagian contoh kecil dari keunikan yang terdapat dalam bahasa daerah yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Fenomena yang terjadi sekarang, para anak-anak dan remaja yang merupakan salah satu pelaku dalam pemertahanan bahasa daerah sudah jarang menggunakan bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa.
Dalam lingkungan masyarakat kedudukan bahasa daerah mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan bahasa kedua dan ketiga mereka seperti bahasa Indonesia dan bahasa Asing. Bagi para remaja bahasa Indonesia dan bahasa Asing memiliki kedudukan yang berprestise atau bergengsi dibanding bahasa daerah.
Bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Keunikan bahasa setiap daerah menandakan identitas daerah tertentu, sehingga penting untuk dilakukan suatu kajian yang dapat dengan jelas menunjukkan keunikan tersebut. Hal itu perlu menjadi perhatian utama, karena kebanyakan dalam menyebut bahasa yang satu dengan yang lain merupakan bahasa yang berbeda atau hanya perbedaan variasi, belumlah jelas. Masing-masing daerah tidak ingin bahasanya disama-samakan dengan bahasa di daerah yang lain (S, Susiati, 2019).
Kekayaan luar biasa yang tanpa kita sadari perlahan lenyap dan punah di negeri ini, yaitu bahasa daerah. Bahasa daerah adalah kekayaan terakhir sebuah bangsa sebagai bukti adanya peradaban, seni dan budaya bahkan eksistensi bangsa itu sendiri yang diwariskan baik secara lisan maupun tulisan. Sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Di samping itu ia juga berfungsi sebagai bahasa budaya, bahasa pemersatu intra-etnis, mempererat keakraban serta untuk mengetahui sejarah dan bukti peninggalan nenek moyang dalam bentuk perangkat bertutur. Bahasa daerah memegang peranan penting sebagai indentitas, ciri khas, alat komunikasi, dan instrument selama berabad-abad hingga ribuan tahun lewat lisan dan tulisan.
Beruntung bagi anak yang lahir dari keluarga yang membiasakan berbahasa daerah dalam aktivitas sehari-hari di rumah. Misalnya kedua orantuanya suku jawa dan berbicara bahasa jawa dalam keseharian, otomatis anaknya akan lancar, fasih dan paham aturan budaya, adat suku jawa. Ketika si anak tumbuh besar, dia tidak saja menguasai bahasa daerah yang diterimanya di rumah dan lingkungan sosial masyarakat, tetapi juga akan fasih menguasai Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang didapat di bangku sekolah TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Jadi sangat dianjurkan bagi para orangtua untuk membiasakan anak berkomunikasi dengan bahasa daerah. Jangan pernah takut atau khawatir anak akan gagap berbahasa Indonesia gara-gara sejak kecil lebih dibiasakan bahasa daerah, karena lambat laut si anak akan cepat belajar bahasa Indonesia di lingkungan sosial sekolah dan masyarakat. Sangat disayangkan kadangkala ada anak dan remaja memiliki suku jawa, tetapi tidak bisa bahkan tidak tahu bahasa jawa. Lambat laun bahasa daerah pudar, terlupakan, adat istiadat dan budaya dianggap kuno dan dipandang ketinggalan zaman. Tentu, kita tidak ingin hal itu terjadi. Jadi, seorang anak fasih dan lancar berbahasa daerah dan budaya serta adat istiadatnya sangat dipengaruhi lingkungan keluarga (ayah, ibu dan anggota keluarga) dan lingkungan masyarakat.
Orangtua harus bekerjasama dengan anak di mana memiliki pengaruh lebih besar dalam pembentukan bahasa daerah si anak dalam hidup sehari-hari. Banyak contoh bahasa daerah yang musnah akibat tidak dilestarikan. Jadi, membiasakan diri kita berbahasa daerah membawa nilai plus. Di samping fasih berbahasa daerah, juga fasih berbahasa Indonesia. Terlebih bila juga menguasai bahasa asing seperti Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Prancis dan sebagainya. Jadi tidak hanya tangkas dan akrab bersosialisasi bersama keluarga besar dan masyarakat sekitar dengan bahasa daerah, tetapi juga fasih berkomunikasi dalam forum resmi di masyarakat, sekolah dan dalam kebutuhan formal dengan bahasa Indonesia. Serta juga aktif dan berpartisipasi dengan Bahasa Inggris. Terpenting adalah tahu di mana tempat dan kondisi dalam mempergunakan bahasa baik bahasa daerah, bahasa nasional Indonesia maupun bahasa asing. Tentunya menguasai bahasa daerah sebagai bentuk menjaga kelestarian kekayaan bahasa daerah di Indonesia. Fenomenanya, penggunaan bahasa daerah sudah mulai luntur, jarang sekali orang tua mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anak. Hal ini juga berpengaruh dalam penggunaan bahasa yang menjadi peran penting dalam komunikasi.
Masih mungkinkah menggunakan bahasa daerah untuk menjaga karakter generasi selanjutnya? Ketika penutur yang lebih tua dari generasi millenial telah gugur, maka tinggal generasi millenial dan generasi selanjutnya. Apakah masih relevan menggunakan bahasa daerah? Apakah berbahasa daerah akan efektif nantinya? Satu wilayah menjadi sangat heterogen saat ini, apabila tidak kuat penjagaan terhadap ciri khasnya maka semakin luntur pula budayanya, karakternya. Kehilangan arah bukan lagi wacana, melainkan kenyataan. Kita tidak bisa menjaga bahasa daerah secara masif hanya melalui kesadaran pentingnya bahasa daerah sebagai salah satu faktor.  Penjaga bahasa daerah yang efektif adalah keluarga, karena sebagian besar keluarga masih dalam satu rumpun yang sama. Oleh karena itu bahasa daerah tetaplah penting untuk dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA
Bin-Tahir, S. Z., Atmowardoyo, H., Dollah, S., Rinantanti, Y., & Suriaman, A. (2018). MULTILINGUAL AND
Indonesia, K. K. D. B. Morfologi Bahasa Indonesia.
Susiati, S. (2018). Homonim bahasa kepulauan tukang besi dialek kaledupa di kabupaten wakatobi [the homonymon of tukang besi island languange in kaledupa dialect at wakatobi regency].
Susiati, S. (2020). Strategi AMBT untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Interpretatif
Susiati, S. (2020). GAYA BAHASA SECARA UMUM DAN GAYA BAHASA PEMBUNGKUS PIKIRAN.
Susiati, S. Bahan Ajar: Psikolinguistik.
Susiati, S. (2020). PENTINGNYA MELESTARIKAN BAHASA DAERAH.
Susiati, S. (2020). Morfologi Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia.